Pendidikan


6 Balasan ke Pendidikan

  1. Tedi Setiadi berkata:

    Memang susah jadi manusia saat ini. Karena sekarang ini katanya zaman edan, kalo nggak ikut edan nggak keduman. Makanya banyak anggota dewan yang makan dana siluman. Bahkan ketika ada anggota dewan yang terkenal ‘putih’ diingatkan agar jangan ikut-ikutan, tapi katanya dana itu sayang jika tidak dimanfaatkan, untuk modal bergerak dalam perjuangan. Maka sudah dike manakankah sosok iman, yang seharusnya Qur’an dan Sunnah jadi pedoman, yang bukan hanya semangat dan indah saat diucapkan, dalam kajian – kajian rutin pekanan.
    Katanya zaman kiwari, kalo nggak jual diri nggak makan nasi. Makanya sekarang banyak anak – anak gadis jual diri. Isteri – isteri buka ‘lapak’ dengan alasan bantu suami. Bahkan ada yang lebih parah sang ibu kandung jadi mucikari. Karena langganannya adalah para anggota Dewan yang baik hati. Dengan alasan membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan di negeri ini. Apakah mereka sudah tidak punya harga diri, umbar aurat hanya demi sesuap nasi, seolah sudah tidak ada jalan keluar lagi, seolah jika tidak melakukan itu mereka akan mati. Bukankah rezeki sudah ditetapkan oleh Sang Robbul Izzati. Tinggal bagaimana langkah kita untuk menjemput rezeki. InsyaAllah rezeki yang halal itu telah menanti.
    Katanya zaman gila, kalo nggak gila nggak bahagia. Makanya keluarlah prinsip jika ada kesempatan kita sikat saja. Halal haram sudah dilupa. Uang korupsi dibilang untuk bisnis jualan permata. Yang penting rumah megah ada dua, mobil mewah ada lima serta banyak tanam modal dalam reksadana. Lupakah mereka bahwa dunia ini hanya sementara, dunia yang sifatnya fana, hanya menunggu saat berakhirnya. Bukankah kabar gembira telah datang kepada mereka, akan adanya syurga yang siapapun akan kekal didalamnya. Maka mengapa mereka tidak tergoda untuk masuk kedalamnya.
    Katanya zaman gendeng, kalo nggak sableng nggak dianggap gayeng. Makanya ada motto buat apa hidup dibikin puyeng. Buat apa harus terikat dengan aturan agama untuk hidup yang nggak langgeng. Ngegele di kamar kost dan pergaulan bebas barulah greng. Apakah mereka tidak mudeng? Bahwa perbuatan mereka hanya memuaskan para pemilik modal yang berotak gendeng.
    Katanya zaman mbeling, kalo nggak clubbing nggak dianggap orang penting. Makanya banyak orang yang hobi minum topi miring. Ada ayah yang menggauli anaknya sampai bunting. Berbuat amanah bukan lagi hal yang penting. Akibatnya banyak Anggaran Negara dan Anggaran Daerah yang digunting. Yang penting keluarga dan rekan kerja puas main banking, tak peduli banyak rakyat yang bunuh diri karena pusing. Lupakah mereka dengan hari yang genting. Di Yaumul Hisab kala amal mereka ditimbang ternyata banyak yang garing, dengan hadiah azab neraka yang mendengarnya saja bikin bulu kuduk merinding.
    Katanya zaman sedeng, kalo nggak sedeng nggak digandeng. Makanya banyak pemimpin yang tutup mata kala banyak pengusaha membangun bedeng. Bedeng untuk jual miras dan lokalisasi berbuat sedeng. Karena merekalah yang mensuplai dana kampanye Pilkada dan Pemilu untuk para Kanjeng. Sehingga setelah terpilih seolah mata mereka tertutup hordeng. Harusnya mereka tahu bahwa jabatan sebenarnya bagaikan kaleng, yang ketika diinjak kaki pastilah gepeng. Maka ketika menjabat seharunya mereka menutup bedeng – bedeng, yang membuat masyarakat berbuat sedeng.
    Katanya zaman kalabendu, orang yang berbuat lurus dianggap lucu. Makanya KKN adalah motto hidupku. Sekolah dan guru jualan buku, yang wajib dibeli oleh para wali murid yang pasrah mati kutu, padahal mereka lagi pusing untuk bayar SPP bulan lalu. Sedangkan mereka sudah digaji dari pajak rakyat jenis ini itu. Seharusnya mereka bahu membahu, untuk menghilangkan kebodohan yang sudah membeku, yang dirintis oleh para penjajah sejak ratusan tahun lalu. Sehingga ketika ditanya oleh Allah Yang Maha Tahu, sudahkah menunaikan kewajiban atas jabatanmu itu. Maka senyum merekah akan hadir dari bibirmu, lantas berikan bukti jutaan anak didik yang sekarang tunduk menyembah kepada Allah Yang Satu.
    Katanya zaman burik, jadi orang baik malah dihardik. Maka ketika nasehat diucapkan yang terjadi adalah polemik. Guru tak mau mendengarkan kebenaran dari anak didik. Tetangga tak mau diingatkan bahkan yang menasehati dibilang udik. Anak mengingatkan orang tua malah dibawaan badik. Bukankah Rosulullah datang untuk meningkatkan akhlak manusia menjadi baik. Buahnya adalah hubungan antara sesama adalah ibarat kilauan pelangi yang menarik. Sehingga ketika nasehat datang seharusnya yang terucap adalah labbaik.

    By: Tedi Setiadi (Permata Intan Garut UIN SGD)

  2. addiehf™ berkata:

    hahahahaah………..

  3. NENENG berkata:

    Pak mana soal UTS

  4. Ping balik: Pendidikan Sepanjang Hayat (I) « KUMPULAN MAKALAH & BANTUAN BAHAN MAKALAH PENDIDIKAN

  5. Yudi Wahyudi berkata:

    Proposal PTK

    JUDUL :

    PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN MAKNA DALAM MONOLOG PENDEK BERBENTUK PROSEDURE SISWA KELAS IX A SMPN 2 DARMA

    A. Latar Belakang Masalah

    Kemampuan berbahasa Inggris saat ini merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting di era komunikasi dan globalisasi. Mata pelajaran Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa Sekolah menengah pertama sebagai alat untuk mengembangkan diri dalam menyerap Ilmu pengetahuan , teknologi dan seni. Dengan kemampuan ini diharapkan siswa dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan memiliki keahlian yang tinggi terutama dalam berkomunikasi.
    Pembelajaran bahasa inggris meliputi empat keterampilan berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut didukung oleh unsur-unsur kebahasaan lainnya, yaitu: kosa kata, ketata bahasaan, serta pelafalan kata sesuai denga tema sebagai sarana pencapaian tujuan pembelajaran.
    Keterampilan berbicara (speaking) merupakan salah satu keterampilan yang dianggap sulit daripada keterampilan berbahasa lainnya dan ini menjadi hambatan dalam pembelajaran bahasa inggris. Salah satu Kompetensi Dasar yang harus di kuasai oleh siswa kelas Sembilan tigkat SMP yaitu :Kemampuan mengungkapkan makna dalam monolog pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure dan report.
    Pembelajaran dengan Kompetensi dasar ini telah penulis lakukan secara klasikal dengan menjelaskan materi pokok dengan indicator-indikator sebagai berikut:
    a. Mengidentifikasi makna gagasan dalam teks essei pendek berbentuk procedure.
    b. Melakukan monolog pendek berbentuk procedure.
    Dalam pembelajaran itu siswa dibacakan teks monolog berbentuk prosedur dan diminta untuk menterjemahkannya. Kemudian, siswa diminta untuk melakukan monolog menggunakan teks prosedur tersebut.
    Hasil penilaian pembelajaran ternyata tidak sesuai dengan harapan penulis . Selama pembelajaran siswa sangat pasif dan tidak percaya diri, mereka kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugasnya, hasilnya pembelajaran jadi sangat tidak epektif dan dianggap gagal.
    Kegagalan ini merupakan masalah yang harus segera diatasi. Solusinya yaitu dengan menerapkan teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan kelas, prinsip PAIKEM harus dilaksanakan. Teknik yang digunakan yaitu teknik belajar konstruktivisme dengan pendekatan Contextual Teaching Learning serta Cooperative Learning dengan model pembelajaran Demonstrasi.
    Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis mencoba merencanakan untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN MAKNA DALAM MONOLOG PENDEK BERBENTUK PROSEDURE SISWA KELAS IX A SMPN 2 DARMA”.

    B. Identifikasi Masalah
    Masalah yang teridentifikasi yaitu:
    1. Siswa bersikap pasif selama pembelajaran
    2. Siswa tidak percaya diri
    3. Siswa kesulitan dalam mengungkapkan makna dalam monolog pendek berbentuk prosedur.
    C. Perumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan permaslahan yang diajukan dalam proposal ini adalah : “ Apakah melalui penggunaan model pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengungkapkan makna dalam monolog pendek berbentuk prosedur di kelas IX A SMPN 2 Darma?”
    D. Alternative Pemecahan Masalah
    Model pembelajaran demonstrasi menjadi alternative pemecahan masalah dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan makna dalam monolog pendek berbentuk procedure di kelas IX.

    E. Hipotesis Tindakan
    Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “ Jika dalam pembelajaran mengungkapkan makna dalam monolog berbentuk procedure menggunakan model pembelajaran demonstrasi maka akan meningkatkan kemampuan siswa melakukan monolog berbentuk prosedur.”
    F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
    1. Meningkatkan kemampuan siswa untuk melakukan monolog berbentuk prosedur
    2. Mengembangkan strategi dan model pembelajaran yang epektif, efisien dan menyenangkan
    3. Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi pembelajaran dengan mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaannya secara lisan.
    G. Kajian Teori

    H. Rencana / Prosedure Penelitian

  6. jelani berkata:

    ok

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.