RAMADHAN MENDIDIK HATI (2)

RAMADHAN MENDIDIK HATI (2)


Bila hati itu seperti cermin maka sesuatu yang terlihat dicermin merupakan realitas kebenaran tersendiri yg dapat terlihat. Ada tiga hal yg berperan untuk itu yakni 1) cerminnya itu sendiri (Hati), 2) gambaran yg ada di cermin, dan 3) realitas yg tergambar dicermin tersebut. Apabila tidak demikian dalam arti tak ada gambar dalam cermin, maka ada beberapa kemungkinan yang terjadi: 1) bentuk cermin tak sempurna tidak mengkilap, 2) ada kotoran di muka cermin, 3) Posisi cermin meyimpang dari realitas bendanya, 4) ada penghalang antara cermin dg realitas bendanya, dan 5) posisi bendanya tidak diketahui.

Hal itu berlaku untuk Hati, siap menunjukan dan memancarkan kebenaran dalam nilai2 hidup, kehidupan, namun hati akan gagal menunjukkannya karena alasan2 berikut: 1) kondisi hati tak sempurna (seperti anak kecil, orang gila), 2) menumpuknya kemaksyiatan dan kejahatan dlm hati karena dikuasai hawa nafsu, 3) menyimpang dari hakekat yang dicari, 4) ada tabir penghalang dalam hati karena rukaaknya akidah, dan 5) arah hakekat kebenran yg dicari tak diketahui keberadaannya.


Hati dalam makna halus Ruhiyah Robbaniyah bisa dipadankan dengan penguasa/Raja, tubuh fisik ibarat wilayah kekuasaan, akal fikir ibarat para menteri, dan sifat2 marah, syahwat ibarat polisi. Selama Hati mampu menguasai dan mengendalikan kerajaan di bawah bimbingan, bantuan akal fikir, maka akan berada dalam jalan lurus, jalan yang benar, tapi jika hati dikuasi hawa nafsu dg sifat2 tercelanya maka akan makin dekat ke jalan bengkok. Disini ilmu memegang peranan penting dalam menjaga dan mengingatkan Hati agar tetap dalam fitrah keruhaniaan yg lurus. Ilmu dapat diperoleh melalui dua cara: 1) melalui logika, premis2 untuk sampai pada esensi sesuatu, dan 2) melalui penyingkapan langsung atas kehendak Allah, yang pertama disebut Ilmu Husuli, dan yang ke dua du sebut Ilmu Huduri. Keduanya akan menjadi dasar kebaikan bagi kehidupan manusia dalam menjalankan peran fungsi hidupnya di alam fana. Pencapaian2 ilmu yang benar akan selalu terhalang oleh hawa nafsu apabila Hati tak mampu mengontrol pemikiran, sikap dan prilaku manusia pemiliknya.


Hati memiliki potensi2 jalan masuk bagi kebaikan dan juga keburukan, keterbukaannya dipengaruhi oleh bagaima hati melihat, menyadari fitrohnya sebagai penguasa kebaikan badan, dunia hidup dan kehidupan. Sifat fikir, sikap dan prilaku yg buruk merupakan pembukaan bagi masuknya ke burukan ke dalam hati manusia, sedangkan perbuatan baik, ketaatan pada nilai akan memperkuat dan memperlebar masuknya kebaikan ke dalam hati manusia. Membuka dan memperkuat pintu kebaikan masuk ke Hati akan mempersempit atau bahkan menutup masuknya keburukan ke dalam hati, yg berarti bisikan syetan akan terhalangi, demikian juga sebaliknya, oleh karena itu mendidik hati agar tetap membuka kebaikan dan menjauhi, menutup masuknya keburukan akan menjadi fondasi bagi berkuasanya Hati dg kebaikan dalam menggerakan, mengontrol instrumen yg dimilikinya. Untuk itulah memperkuat hati perlu dilakukan dg melatih jiwa agar tetap damai dan selamat dalam menjalani hidup dan kehidupannya di dunia.


Untuk itulah maka mendidik hati perlu terua dilakukan sepanjang hayat melalui peningkatan kemampuan akal fikir untuk memahami kebwnaran dan kebaikan, serta dengan menundukan, mwngwndalikan instrumen haqa nafsu (marah dan syahwat), serta pembiasaan akhlaqul karimah dalam berfikir bersikap dan berprilaku, sehingga Hati akan makin bersih dan cemerlang dan memancarkan cahaya ketuhanan (Hati Nurani). Dg fondasi keyakinan Hati akan Allah dan ajarannya, maka perlu dikuatkan terus, sebab keyakinan dan atau keimanan bisabertambah juga bisa berkurang, akhlah prilaku yg baik akan menambah kekuatan cahaya hati, demikian sebalikya. Dengan pendekatan kondisioning, prilaku akhlak yg baik akan menjadi tertanam kuat dalam hati jika hal itu dilakukan terus menerus baik dengan susah payah maupun mudah. Nabi diutus unruk menyempurnakan akhlah yg berefek pd kuatnya aqidah, keimanan. Akhlak dibangun dg tindakan, prilaku, jika bertindak baik sesuai nilai2 kebaikan dan terus dilakukan maka akan jadi bagian pribadi yg menerap dan siap diwujudkan kapanpun diperlukan rak peduli ada yg memperhatikan araupun tia. Dia jadi murni ranpa terganggu oleh virus marah, syahwat, bisikan syetan ataupun lingkungan yg dpat mengeruhkan hati.
Secara fitrah Hati siap menerima dan memancarkan kebenaran Tuhan, namun Hati juga bisa gagal memerankan sebagai tempat pengatur dan pengontrol fikiran, sikap dan perilaku yg benar, baik sesuai nilai2 keTuhanan, hal ini disebabkan berbagai faktor: 1) kondisi hati belum atau tidak sempurna (hati anak kecil, hati orang gila); 2) Kotoran maksiat dan kejahatan menumpuk di salam hati karena mengikuti hawa nafsu; 3) Hati menyimpang dari arah hakekat kebenaran yg dicari, tidak dihadapkan pd kebenaran, kebaikan; 4) ada sesuatu yg menghalangi atau menutup hati, karena kerusakan akidah (keyakinan yg salah), dan 5) hati tak tahu hakekat kebenaran karena tidak memiliki keyakinan yg benar dan kuat terhadap Tuhan.

Hati (manusia) dalam menerima kebenaran, memiliki tingkatan tingkatan dari yang: 1) mendengar apa yg diperdengarkan orang lain, ini tipe taklid (orang pada umumnya), mengikuti apa yang dikatakan yang lain, 2) mendengarkan langsung tapi tanpa melihat yang mengatakannya, dan 3) mendengar dengan melihat yang mengatakannya.


Ilmu pengetahuan tentang hakekat hidup meeupakan makanan hati yang paling penting bauk itu secara husuli ataupun huduri, karena pengetahuan akan menjadi bahan hati untuk memilih nilai kebenarana. Hal itu terjadi bila kotoran2 dalam hati akibat dikuasai hawa nafsu (marah, syahwat bisikan syetan yg membawa pd keburukan) harus dicegah, dihilangkan, dan inilah “Jihadunnaf (berupaya melawan, mengendalikan hawa nafsu). Hanya dengan irulah hati akan memancarkan cahaya kebaikan, kebenaran yg akan membentuk kebahagiaan hidup dibawah naungan cahaya ketuhanan. Dalam kondisi ini.Hati yang baik dan benar akan menjadi Tuan yang mengatur dan mengendalikan seluruh instrumennya untuk kebaikan hidup dan pencapaian kebenaran hakiki kembali pada Tuhan sebagai Qalbun Salim, dg kondisi Nafsu al Mutmainnah…disinilah jihadunnafsi menjadi salah satu upaya membangun, meniningkatkan, mendidik hati menjadi “qolbun salim” yg kembali pada Tuhan dg Kebahagiaan.


Mengelola hati agar tak dikuaaai hawa nafsu (amarah dan syahwat) merupakan upaya berat, perlu tekad kuat dan latihan pembiasaan yang keras pada awalnya, bahkan sering dipeelukan pemaksaan, supaya terasa, dan kemudian jadi biasa dan menjadi budaya yang melekat dalam hidup individu sekaligus kehidupan masyarakat. Sebenarnya terdapat beberapa makna terkait dengan istilah nafau yaitu: 1). Nafsu dalam arti yang halus, yaitu hakikat manusia, yakni diri manusia dan zatnya. Nafsu dalam pengertian ini bermacam-macam sesuai dengan keadaannya. 2) Nafsu adalah tempat berkumpulnya kekuatan amarah dan syahwat pada diri manusia. Apabila nafsu tersebut tenang pembawaannya dan jauh dari gangguan yang disebabkann oleh syahwat maka nafsu yang demikian disebut Nafsu Muthmainnah (nafsu yang tenang), sebagaimana firman Allah Ta’ala:l “Hai nafsu yang tenang! kembalilah kepada Tuhanmu dengan gembira dan menggembirakan” (Q.S. Al-Fajr: 27-28).

Bila melihat nafsu dalam pengertian pertama diatas, nafsu tersebut tidak memiliki gambaran untuk kembali kepada Allah Ta’ala, malah selalu mejauhi-Nya dan termasuk dalam golongan syaitan.
Lebih jauh dapat dikemukakan bahwa apabila nafsu itu tidak sempurna ketenangannya, sering menentang, melawan nafsu syahwat, nafsu yang demikian disebut Nafsu Lawwammah (Nafsu pencela), oleh karena itu ia selalu mencela dirinya ketika teledor dan lalai berbakti kepada Tuhannya. Kemudian apabila nafsu tersebut telah melepaskan diri dari tantangan dan tidak mau lagi melawan, malah tunduk dan patuh saja pada kehendak nafsu syahwat dan panggilan syaitan, maka nafsu yang demikina disebut Nafsu Ammarah bissuu’ (nafsu penganjur kejahatan). Upaya sadar dan sungguh2 mentransfirmasikan Nafsu Amarah menjadi Nafsu Lawwamah, kemudian mewujudkannya menjadi Nafsu Mutmainnah merupakan ese.si pendidikan HATI yang didalamnya mencakup ilmu, latihan dan penerapan dalam akhlaq karimah yang terwujud dlm kehidupan individu dan masyarakat. Ini perjalanan panjang dan tak akan pernah berhenti, mendidik Hati merupakan proses.upaya sepanjang hayat, karena kehidupan tak pernah berhenti di Dunia fana ini.


Menurut Al Ghazali, Hati memiliki dua pintu : satu pintu menuju alam nyata, dan satu pintu lagj menuju alam ghai. Pada saat tidur seseorang bisa melihat keajaiban2 dan sesuatu yang ghaib, serta hal2 yg akan terjadi, yang dalam keadaan terjaga pintu itu tertutup, hanya terbuka bagi para Nabi dan para Wali yg telah memiliki hati bercahaya/nurani, yang bersih dari segala suatu selain Allah. Jjalan masuk pada dua pintu tersebut berbeda, untuk pintu pertama belajar illmu pengetahuan menjadi cara yg tepat, sedang untuk massuk pinntu kedua, jalan thoriqot (tassawuf, taqorrub ila Allah, penyucian jiwa yg keras, kuat dg tekad baja hanya dg keridhoan dan lindungan serta rahmat Allah, sehingga jarak hati dg alam ghaib sangat dekat). Al Ghazali mengilustrasikan dua jalan itu sbb: “orang2 cina dan Orang2 rumawi berlomba dihadapan seorang raja untuk membuktikan siapakan yg paling baik diantara mereka dalam hal mengukir dan menggambar. Raja meminta mereka mengukir satu sisi oleh orang cina dan sisi lainnya oleh orang romawi, kemudian dihalangi pakai tabir agar tidak saling melihat. Orang romawi sibuk mengumpulkan berbagai macam pewarna yg unik, sementara orang cina mengkilapkan benda itu. Ketika orang romawi telah selesai melakukannya, orang cina pun mengatakan telah selesai pula, Raja heran pada orang cina yg tak menyiapkan pewarna seperti orang romawi, Raja bertanya pada ora g cina bagaimana telah selesai padahal alian tak menyiapkan pewarna apapun seperti orang Romawi, orang cina menjawab “tidak apa apa tuan Raja”, kemudian orang cina berkata untuk mengangkat tabir, dan Raja pun setuju, dan ketik terangkat tabirnya ternyata keindahan warna warni berkilau dan makin makin bersinar, hal ini karena orang cina mengkilaukan untuk dapat warna warni, sedang orang ronawi mengukir, mewarnai untuk medapat kilauannya. Kisah itu menunjukan bahwa para sufi menempuh jalan pintu kedua dengan mengkilapka, sedang manusia umumnya (dalam hal ini ulama akhli ilmu) memasuki pintu pertama melalui pewarnaan dan pengukiran.


Kedua pintu hati tersebut merupakan jalan Tuhan yang disediakan untuk manusia dalam menyongsong membalinya ke alah ruhaniah setelah menjalani kehidupan fana di dunia. Orang yang terus mendalami ilmu pengetahuan dengan belajar dan pemahaman akan dunia nyata akan menemukan bahwa kekuasaa Tuhan amat besar dan tiada bandingnya dalam kehidupan nyata yg diisi oleh makhluk ciptaannya yg bersifat baru. Pintu hati ke alam nyata merupakan pengoptimala. Kemampuan akal fikir dalam memahami, mengelola dan memanfaatkan alam semesta dan iainya untuk menjalankan peran kekhalifahan dan memakmurkan hidup dan kehidupan di dunia dengan beribadah dalam ketundukan pada Tuhan. Manusia tak bisa keluar dari qodho dan qodhar Tuhan, tapi ilmu dapat membantu memahaminya melalui belajar akan apa yang terjadi hingga dapat diketahui tentang hukum2 yang ada di alam (sunatullah fil alam) untuk jadi bagian dlam cara berinteraksi dengannya secara tepat dan bermanfaat dalam meningkatkan derajat manusia dan kemanusaan.


Ilmu dengan berbagai pintunya secara substantif selalu membawa pada kebaikan dan kebenaran, namun tetap berpotensi untuk membawa pada kesesatan dengan bermainnya nafsu amarah dan syahwat dalam hati manusia. Mendidik hati memerlukan upaya dan proses yg sungguh2 karena instrumen yang dimilikinya sering dan selalu menarik pada arah yang berlawanan ketika dihadapkan pada dunia nyata yang dijalaninya. Memerlukan kombinasi yang pas antara menghadapkan hati dg dunia fisik jasmani (duniawiah) dengan menghadapkannya pada Tuhan (ruhiyah ruhaniah). Memerlukan gerakan siklikal yang saling menguatkan dan membesarkan. Prilaku batiniah harus dapat dikuatkan dg prilaku lahiriah badaniah. Keyakinan dalam hati akan adanyanTuhan harus terwujud dlm tindakan prilalu hidup dan kehidupan. Sering terjadi, akibat berbagai faktor, tidak adanya koordinasi antara prilaku batiniah dan jasmaniah, kondisi ini me!buat sulitnya integritas karena ada yang melemahkan salah satunya, pertahankan prilaku baik yg berwujud meski prilaku batiniahnya tidak sinkron, ini akan meringankan konflik yang dapat mebawa kemunduran dg gerakan siklus yang makin mengecil. Anda kecewa, tetaplah tersenyum, menunjukan prilaku berwujud dari kekecewaan (camberut, molotit, dsb) hanya akan memperlerlemah hati dan memperdalam kekecewaaan.
Pendidikan hati dilakukan dengan berbagai cara yang dapat menjadikan hawa nafsu terkendali unuk kemudian jadi terbiasa dengan kebaran dan kebaikan, tanpa pemrontakan yang berarti yg dapat melencengkan kembali keteguhan hati dalam jalan Tuhan.

Terdapat dua pendekatan, cara atau metode pendidikan hati yàitu metode eksoterik dan metode esoterik. Metode esoterik adalah metode yang menjadikan prilaku faktual, Empiris dan dapat diobservasi sebagai yang dipantulkan ke dalam hati, metode ini bergerak outside in (dari luar ke dalam), sedang metode esoterik sebaliknya yakni bergerak dari dalam ke luar (inside out), dimana pelatihan dan pendisiplinan jiwa dg nilai kebaikan, kebenaran dikakukan untuk kemudian dipantulkan pada prilaku faktual empiris dan dapat diobsersubstantif de tersebut pada dasarnya hanya untuk memudahkan dalam membedakan titik pijak dalam prakteknya, bbukan untuk mendikotomikan jàlannya dimana yang satu ke satu arah dan yang lain ke arah lainnya, karena secara substantif semua itu menuju pada keridhoan Tuhan melalui jalann lurus, jalan kebaikan, jalan kebenaran.


Metode esoterik berpijak pada keyakinan bahwa memperkuat hubungan dengan Tuhan menjadi prioritas utama untuk membuat prilaku baik dan benar, keyakinan, kedekatan, dan mahabbah yg intens dg Tuhan akan membuat semua masalah dan prilaku hidup menjadi ringan dilakukan sesuai ajaran Tuhan, dan Hati memiliki kemantapan yg tinggi dalam mengatasi, menyikapi berbagai tarikan amarah dan syahwat, sehingga pengendalian dan pengaturannya menjadi ringan. Metode ini pernah dilakukan oleh Al Ghazali ketika mengasingkan diri dari hiruk pikuk kehidupan duniawi, dia mengambil jarak fisik dg nya untuk memelihara jarak hati, sehingga betul2 hati terbuka pintunya memasuki kegaiban hidup dan kehisupan yg hanya ada Tuhan saja di dalamnya, yang dlm pemahaman Mulla Sadra suatu perjalanan “minal khalqi ila Allah maa Allah” (dari makhluk menuju Allah dab bersama Allah). Dia memasuki jakan2 kecil (thoriqoh) untuk mencapainya dengan rintangan dan godaan yg sangat kuat dari amarah dan nafsu syahwat, ada yg beehasil namun banyk pula yg gagal, Al Ghazali, Ibnu Arabi, Abu Yazid al Buathomi, Abdul Qadir Jailani, merupakan orang yang berhasil melakukannya dia di aebut Sufi (ahli Tasawwuf, ahli dan pelaku mensucikan jiwa, membeningkan hati, bukan mewarnai atau mengukir hati).
Sementara itu metode eksoterik menekankan pada pengulangan prilaku, sikap baik sesuai nilai2 yang akannterefleksikan pada penguatan hati dalam penanaman nilain, sikap dan pilaku yang sesuai nilai kebenaran dan kebaikan.

Dalam metode ini berdirilah paran akhli fikir, filsuf, dan akhli fikih yang menggali mendalami prilaku2 yang sesuai dengan nilai yang diajarkan. Mulai dengan melakukanntindakan yang baik, nanti hati akan jadi kuat dengan dengan nilai tersebut dan instrumen hati, marah dann syahwat akan dipaksa ikut hati yang termotivasi sikap dan prillaku yang telah dilakukan. Dua metode tsb menuju pada keterpaduan yang sama yakni bagaimana sikap hatin secara ruhaniah dapat terwujud dlm sikaf dan prilaku badani tindakan yang telihat dalam kehidupan bermasyarakat. Yang esoterik bergerak inside out (dari dalam keluar), yg eksoterik bergerak outside in (dari luar ke dalam). Yang pertama merupakan pendidikan diri (pendidikan hati secara individual), yang kedua merupakan pendidikan sosial (Pendidikan hati secara sosial), dan mayoritas umat islam melakukan yang kedua, yakni pendidikan hati metode eksoterik….BERSAMBUNG…

Tentang Dr. Uhar Suharsaputra

KONSULTAN PENDIDIKAN PENELITI PENULIS
Pos ini dipublikasikan di Tidak Dikategorikan. Tandai permalink.