Masyarakat dan Pendidikan

Artikel (1). MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN

Manusia adalah homo educandum, makhluk yang bisa dididik, yang dengannya berkembang kemampuan untuk mendidik, dan interaksi antara mendidik dan yang dididik melahirkan konsep pendidikan dan proses pendidikan, sebagai bagian dari kehidupan masyarakat, dalam masyarakat, dan untuk masyarakat. Apapun namanya, masyarakat memerlukan mekanisme untuk mempertahankan diri dan melanjutkan kehidupannya. Pola nilai, sikap, serta prilaku dengan berbagai variasi kompetensinya merupakan cara yang tumbuh dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan hidup sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang keberhasilannya akan menentukan hidup dan kehidupannya, keberhasilan suatu kelompok mayarakat mempertahankan dan mengembangkan diri menjadi khazanah pengetahuan yang dimiliki secara sosial, dan ketika sunatullah berjalan maka keinginan untuk menjadikan semua khazanah pengetahuan dimiliki oleh penerus mereka, mulailah pewarisan nilai, sikap, prilaku dan kompetensi hidup dan kehidupan yang dimiliki terjadi dalam suatu suasana dan kejadian pendidikan yang berjalan alami dalam lembaga keluarga sebagai bagian dari kohesivitas kehidupan sosial masyarakat, sehingga ketika generasi tua meninggal, generasi penerus telah siap dengan pola nilai, sikap, prilaku dan kompetensi yang relatif sama dengan pendahulunya untuk melanjutkan hidup dan kehidupannya.

Pewarisan nilai-nilai, kecakapan dan ketrampilan pada awalnya merupakan hal yang cukup sederhana dimana orang tua dapat secara langsung melakukannya pada berbagai kejadian pendidikan (pengajaran, pelatihan) dalam kehidupan sehari-hari, karena apa yang terjadi dan dialami oleh orang tua, itulah yang akan dialami oleh anak-anak seiring perkembangan waktu, namun ini jelas hanya bisa efektif dalam bentuk masyarakat post-Figurative yang menurut Margareth Mead (dalam Astrid Susanto, 1986), merupakan masyarakat tradisional dimana generasi yang lebih tua sudah mengalami apa yang baru akan dialami oleh generasi muda, ini berarti bahwa dalam masyarakat tradisional golongan Tua memandang bahwa golongan muda akan mengalami perkembangan dalam hidupnya sesuai dengan apa yang telah dialami oleh golongan tua, sehingga nilai-nilai, kecakapan dan ketrampilan yang harus dimiliki relatif sama, dan generasi tua merasa berkewajiban mentransmisikan kepada generasi muda (transmisi vertikal dari atas/generasi tua ke bawah/generasi muda).
Seiring dengan perkembangan masyarakat melalui berbagai hubungan antar kelompok masyarakat, maka masyarakat kemudian berubah menjadi bersifat co-Figuratif, dimana baik golongan tua maupun golongan muda (anak-anak) sama-sama belum mempunyai pengalaman, sehingga mengalami kesulitan untuk mentransmisikan nilai-nilai, kecakapan serta ketrampilan yang perlu disampaikan pada golongan muda. Dalam kondisi ini ketegangan antara golongan tua dan golongan muda merupakan ciri dari masyarakat dan hanya bisa diatasi dengan upaya melakukan adaptasi dari golongan tua agar bisa kompatibel dengan perkembangan yang ada dan yang mungkin ada, inilah masyarakat pre-Figuratif, yang hanya mungkin bisa diwujudkan dengan pendidikan dan komunikasi yang efektif. Dengan demikian pendidikan merupakan unsur penting dalam masyarakat apapun bentuk masyarakatnya.
Setiap masyarakat, sesederhana apapun, berusaha untuk mendidik anggotanya khususnya generasi muda menurut cita-cita, harapan yang dimiliki masyarakatnya, sehingga perbedaan suasana dan kejadian pendidikan jelas akan nampak. Ini berarti akan terdapat perbedaan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya karena setiap masyarakat mempunyai nilai-nilai, pola sikap dan prilaku yang berlainan, sehingga tidaklah sederhana bila suatu saat upaya untuk menyamakan cara mendidik lintas budaya menjadi harapan dan keinginan politik yang mengagregasi kepentingan, harapan dan cita-cita masyarakat yang bervariasi, meskipun esensinya pada dasarnya relatif sama dalam konteks mempertahankan hidup dan kehidupan masyarakatnya masing masing. Masyarakat memang terus berubah, interaksi antar kelompok masyarakat, kehadiran berbagai nilai-nilai baru seperti agama serta proses asimilasinya jelas menjadi faktor yang menjadikan dinamika sosial budaya masyarakat terus terjadi dengan variasi reaksinya masing-masing, yang jelas semua itu akan mempengaruhi pada berbagai nilai-nilai sosial budaya masyarakat dalam menjalani hidup dan kehidupannya.
Kehadiran agama-agama serta berkembangnya kebudayaan yang kuat telah membangun dan mengokohkan nilai-nilai kehidupan tertentu dalam hubungan sosial kemasyarakatan, dan hal ini juga mempengaruhi arah dan tujuan pendidikan sebagai instrumen mewariskan nilai-nilai bagi generasi penerus. Generasi tua memandang bahwa generasi muda akan mengalami tahapan kehidupan yang persis atau nyaris sama dengan apa yang dialami generasi tua, sehingga mempersiapkan generasi muda dengan nilai, sikap dan prilaku yang sudah berlaku menjadi suatu keharusan dalam mempertahankan keberlanjutan hidup dan kehidupan. Meskipun terdapat perubahan pola interaksi akibat adanya inovasi praktis tertentu dalam kehidupan masyarakat, namun nilai-nilai dasar hidup dan kehidupan tetap dipandang sebagai bagian yang akan tetap berlaku dan penting dimanapun dan kapanpun hidup itu terjadi.
Dengan peradaban dan kebudayaannya yang cukup tinggi, masyarakat Mesir kuno juga telah menjadikan pendidikan sebagai hal penting dalam mencapai tujuan susila keagamaan agar manusia menjadi makhluk yang berbakti pada dewa-dewa, sehingga penyelenggaranya adalah para agamawan (pendeta). Dalam masyarakat India purba dengan agama Hindunya juga telah melaksanakan pendidikan dimana tujuan pendidikannya adalah menanamkan kesabaran, penyerahan diri, dan kepatuhan; dalam masyarakat china klasik, pendidikannya diselenggarakan oleh negara dengan tujuan mendidik manusia menjadi kepala keluarga yang baik dan setia, ilmuwan dan pegawai pemerintah yang jujur, rajin serta rela berbakti (I Djumhur, 1976:3-22); bangsa Sparta Kuno, tujuan pendidikannya adalah membentuk manusia yang penuh keberanian, mampu menghadapi berbagai tantangan, hormat dan patuh terhadap pimpinan, berjiwa patriot dan loyal terhadap negara; bangsa Athena punya tujuan pendidikan membentuk manusia paripurna yang mempunyai kemampuan fisik, keutuhan moral, kemampuan intelektual dan kepekaan terhadap aspek sosial; pada awal kebudayaan Romawi tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia yang tangguh mental (constantia), berbudi luhur, patuh terhadap tuhan, mampu menguasai diri (modestas), bermartabat (gravitas), bijaksana, dan adil (Soenarya, 2000:50-51). Kehadiran agama islam juga telah mempengaruhi pada bidang pendidikan, dimana tujuan utamanya adalah mendidik agar manusia menjadi insan kamil yang dapat berperan sebagai khalifah dimuka bumi, semua itu didasarkan pada nilai-nilai yang dibawakan oleh kitab suci Al Qur’an serta tarih Nabi yang memberikan contoh bagaimana hidup dan mengisi kehidupan sesuai dengan kehendak kitab suci, sementara itu kelembagaannya sangat fleksibel baik dilakukan di mesjid maupun dirumah sebagaimana kasus Darul Arqam yang menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran di rumah Al arqam. Yang jelas bahwa tujuan utama pendidikan adalah bagaimana menginternalisasikan nilai-nilai agama pada masyarakat, sehingga dapat terwujud masyarakat yang sholeh dan berakhlaqul karimah.
Orientasi pendidiKan pada aspek emosional dan moral dalam konteks sosial kemasyarakatan (sikap dan prilaku hidup) merupakan nilai dasar yang menjadi tujuan utama pendidikan, dimana keberagamaan seseorang (atau nilai-nilai lainnya) merupakan dasar bagi terbentuknya atau terbangunnya manusia yang tetap menjaga nilai-nilai etika dalam kehidupan masyarakat serta mampu menerapkannya dalam gerak perkembangan hidup dan kehidupan masyarakat sehingga keberlangsungan serta kesinambungan tradisi dan budaya msyarakat baik berdasarkan agama ataupun yang lainnya dapat terus terjaga. namun dalam perkembangannya sekarang ini, pendidikan sekolah cenderung lebih berorientasi pragmatis dimana nilai tunai dari sesuatu kondisi, proses pendidikan, cukup mendominasi dengan kuantifikasi yang menonjol serta ekonomisasi yang juga dominan dalam melihat hasil dari suatu proses pendidikan yang diperankan oleh sekolah, kekaburan pendidikan dan pengajaran, antara pendidikan dan latihan cenderung menjadi bagian yang umum dalam pemahaman masyarakat, dengan akibat pada makin kurangnya perhatian pada penguatan norma dan nilai prilaku sosial kemasyarakatan yang pada tahap awal perkembangan pendidikan sekolah menjadi orientasi utamanya sebagai bagian penting yang diharapkan masyarakat.
Kondisi tersebut bisa dirunut pada pendidikan di masa penjajahan (bagi negara-negara yang mengalami penjajahan), dimana penjajah mencoba memberikan pendidikan melalui sekolah, meski terbatas dan diskriminatif, untuk kepentingan penyediaan tenaga kerja murah untuk dimanfaatkan oleh penjajah tersebut, sehingga sekolah menyelenggarakan pendidikan di masyarakat untuk kepentingan di luar masyarakatnya yang berakibat kohesivitas sosial masyarakat menjadi terganggu. T.R. Batten dalam bukunya School And Community (1959) menemukan beberapa fakta terdapatnya keluhan masyarakat akan pendidikan sekolah seperti yang terjadi di Afrika dimana masyarakat menyampaikan memorandum pada tahun 1935 bahwa sekolah telah mendorong individualisme yang tidak berketentuan yang destruktif bagi elemen-elemen kehidupan komunal, memperlemah ikatan sosial, membongkar tradisi, keakraban, dan penguasaan diri, pengaruhnya (sekolah) adalah merusak dan destruktif. Demikian juga laporan Furnivall (dalam Batten, 1959) yang menyebutkan bahwa moral anak-anak sekolah selalu tetap menjadi bahan pembicaraan, dan distrik/daerah yang mencapai prestasi/rekord terbaik dalam pendidikan (sekolah) justru mencapai pula rekord dalam kriminal. Kondisi ini jelas menunjukan dinamika interaksi antara sekolah dan masyarakat, ketika peran sekolah sebagai lembaga yang dapat menyuntikan perubahan masyarakat bertemu dengan kondisi masyarakat yang ada, dan hal seperti itu cenderung terjadi di berbagai negara terutama yang mengalami penjajahan yang penyelenggaraan pendidikan sekolahnya bukan untuk kepentingan masyarakat melainkan untuk kepentingan ekonomis penjajah.
Kondisi demikian, sayangnya tidak banyak berubah, bahkan cenderung dipertahankan sesudah negara-negara jajahan mengalami kemerdekaan, hal ini diperkuat dengan mitos pembangunan yang harus menjadi bagian integral dari perjuangan bangsa. disamping itu perkembangan iptek yang sangat cepat telah menjadikan negara-negara berkembang mempunyai idola baru masyarakat yakni masyarakat dan negara-negara maju yang notabene penjajahnya, sehingga orientasi dan tujuan pendidikan sekolah juga cenderung mengarah pada terwujudnya masyarakat iptek yang makin mendekati masyarakat maju, kondisi ini mengakibatkan pendidikan sekolah tidak terarah pada masyarakatnya sendiri, melainkan pada masyarakat yang lain, meskipun secara tersurat tetap mengklaim sebagai mengakarkan dirinya pada budaya masyarakat setempat, namun cenderung tidak paralel dengan proses dan kontennya pendidikan di sekolah.
Memang pendidikan tidak dimaksudkan untuk membawa generasi penerus pada kehidupan masa lalu, namun juga jangan sampai dilepaskan begitu saja pada kehidupan masa depan tanpa mengikatkan diri dengan masyarakatnya. Masyarakat terus berubah dengan cepat, masa depan yang akan dijalani oleh generasi muda tidaklah terlalu jelas, sehingga kejutan masa depan menjadi bagian yang perlu diperhatikan dalam pendidikan. Alvin Toffler (1972) menyatakan akan terjadinya Future Shock atau kejutan masa depan, dimana akan ada tekanan yang mengguncangkan dan hilangnya orientasi yang dialami oleh individu-individu jika kita menghadapkan mereka dengan terlalu banyak perubahan dalam waktu yang terlalu singkat (hal ini nampak dari jargon revolusi industri 4.0, masyarakat 5.0, yg direspon ramai tapi tak faham apa sebenarnya esensinya dan bahayanya akibat adopsi dan adaptasi permukaan yg serampangan). Banyak perubahan yang terjadi dalam waktu yang bersamaan akan membuat individu dan masyarakat mengalami kegamangan, karena kepastian menjadi sulit dan keterputusan menjadi bagian kehidupan, ini berarti apa yang akan dialami generasi penerus belumlah akan menjadi jelas, dan harus mempersiapkan generasi muda dengan kemampuan prima yang fleksibel, serta adalah bijak bila nilai-nilai yang berlaku di masyarakat yang dapat menjadi fondasi hidup dan kehidupan tetap menjadi perhatian utama pendidikan. (Kalapagunung, Sabtu, 28122019, 22.13)

RUJUKAN
Abdulah, Taufik & Leeden. ed. (1986). Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas, Yayasan Obor Jakarta
Ahmadi, Abu (2007) Sosiologi Pendidikan, Rineka
Bach, James Marcus. (2009) Secrets of Buccaneer Scholar, How Self Education and the pursuit of Passion can lead to a lifetime of Success. Terj. Dharma, Kaifa, Bandung
Barth, Roland S. (1990) Improving School from within, Jossey and Bass, San Fransisco
Bastian, Aulia Reza. (2002) Reformasi Pendidikan, Lappera Pustaka Utama Yogyakarta
Batten, T.R. (1959) School and Community in the tropics, terj Suryadi, 1976, Alumni, Bandung
Beck, Lynn G. & Murphy. (1996) The Four Imperatives of Successful School, Corwin Press, California.
Buchori, Mochtar (1994a) Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Tiara Wacana, Yogya.
_______ (1994b) Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, Tiara Wacana, Yogya.
_______ (2001) Transformasi Pendidikan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Tentang Dr. Uhar Suharsaputra

KONSULTAN PENDIDIKAN PENELITI PENULIS
Pos ini dipublikasikan di Tidak Dikategorikan. Tandai permalink.

5 Balasan ke Masyarakat dan Pendidikan

  1. Rasid Larasi berkata:

    makasih banyak Pk Prof., atas segala pencerahannya, semoga bapak sehat sekeluarga, murah rezky dan sukses karir, amin YRA saya tetap menantikan naskah-naskah dari Pk Prof Makash, saya tunggu Pk Prof

  2. Muhidin berkata:

    Ass. Wr.Wb.
    SMAN 1 Ciawigebang, melaporkan resume guru pada siswa untuk beberapa mata pelajaran pada minggu ke 1 diantaranya :
    1. Ekonomi Kls. X :

    LEMBAR KERJA SISWA ( LKS )
    PEMBELAJARAN VIRUS CORONA
    UNTUK MAPEL EKONOMI KELAS X ,XI.
    PETUNJUK PENGISIAN LKS
    1. Cermati berbagai informasi tentang virus dan virus corona dari berbagai sumber baik yang diberikan oleh guru atau yang berasal dari sumber lain yang dapat siswa akses dari berbagai mas media.
    2. Materi pada LKS ini hanya merupakan salah satu sumber belajar alternatif.
    3. Isilah/ lakukan tugas yang diberikan dalam LKS dengan lengkap.
    4. Untuk tugas berupa produk rancangan, dikumpulkan pada saat prosesPembelajaran melalui tatap muka mulai aktif kembali ( produk difoto terlebih dahulu dan dikirim melalui media sosial yang dapat terhubung dengan wali kelas masing masing )
    5. Tugas diserahkan paling lambat tanggal 21 Maret 2020
    MATERI

    Dampak virus corona terhadap kegiatan ekonomi.
    Penyebaran virus corona telah membawa tantangan dan resiko baru, wabah ini juga mengganggu aktivitas masyarakat, dunia usaha dibidang ekonomi , yang tak pernah terbayangkan oleh pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Kerusakan ekonomi yang terjadi tidak hanya di Indonesia tetapi hampir di semua belahan dunia karena sekarang virus corona telah menjadi pandemi global.

    KEGIATAN PEMBELAJARAN
    Dari berbagai sumber informasi yang diperoleh jelaskan
    1. Bagaimana pengaruh virus corona terhadap ekonomi masyarakat?
    2. Bagaimana pengaruh virus corona terhadap dunia usaha ?
    3. Bagaimana imbas virus corona terhadap pertumbuhan ekonomi ?
    4. Bagaimana sikap kita menghadapi dampak virus corona terhadap kegiatan ekonomi.

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
    Nama Satuan Pendidikan : SMAN 1 Ciawigebang
    Mata Pelajaran : Ekonomi
    Kelas /Semester : X / Genap
    Materi Pokok : Badan Usaha dalam perekonomian Indonesia
    Alokasi Waktu : 135 menit

    1. Tujuan Pembelajaran
    Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning peserta didik dapat mendeskripsikan konsep badan usaha dalam perekonomian Indonesia dengan penuh tanggungjawab , bekerja keras, toleransi dan bekerja sama.
    2. Langkah langkah kegiatan pembelajaran.
    2.1. Alat dan Bahan
    2.1.1. Alat / bahan
    Laptop,, Peta konsep, Power Point,
    2.1.2. Sumber belajar
    Alam Rudianto 2016 , Ekonomi kelas X.
    Buku ekonomi lain yang relevan
    Internet.

    2.1.3. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
    • Guru memberikan tugas berupa soal
    Jelaskan perbedaan badan usaha dengan perusahaan
    Identifikasikan jenis badan usaha menerut kegiatan
    Identifikasikan jenis badan usaha menurut kepemilikan modal
    • Siswa mencari informasi yang berkaitan dengan tugas tersebut dari berbagai sumber.
    • Siswa mengerjakan tugas
    • Guru memfasilitasi apabila ada siswa yang kurang paham terkait tugas tersebut
    2.2. Siswa mengumpulkan tugas pada waktu masuk sekolah

    2.3. Penilaian Pembelajaran
    2.3.1. Penilaian
    1. Penilaian pengetahuan : tugas.
    2. Penilaian keterampilan : test uraian

    Kuningan, Maret 2020
    Mengetahui, Guru Mata Pelajaran/Kelas
    Kepala Sekolah

    Drs. H. Dudi Hidayat, M.MPd Eti Rohaeti, S.Pd, M.Si
    NIP. 19680818 199303 1 012 NIP. 19640721 198512 2 002

  3. Muhidin, M.Pd berkata:

    maaf untuk kirim file dari guru-guru, satu-satu .P

Komentar ditutup.